Pelita Air Bersiap Gantikan Garuda Indonesia
Pelita Air sebagai maskapai plat merah seperti bakal menggantikan maskapai kebanggaan bangsa Garuda Indonesia karena terlilit utang. Utangnya menumpuk membuat Garuda Indonesia sulit diselamatkan.
Meski kementerian BUMN menyatakan akan berusaha keras menyelamatkan Garuda Indonesia dengan restrukturisasi, namun opsi Pelita Air sebagai pengganti maskapai andalan negara tersebut muncul dari Kementerian BUMN.
Pembenahan terus dilakukan, bahkan saat ini Pelita Air telah mengantongi ijin penerbangan berjadwal. Kabarnya surat ijin usaha telah dikeluarkan, sehingga langkah Pelita Air untuk kembali beroperasi akan semakin di depan mata.
Tak hanya itu, pelita air juga telah mengantongi sertifikat standar angkutan udara niaga berjadwal. Sehingga dalam waktu tidak lama Pelita Air akan memiliki jadwal penerbangan secara regular. Untuk diketahui selama ini Pelita Air hanya beroperasi dengan sistem carter dan hanya untuk keperluan Pertamina.
Sementara itu, sertifikat tersebut memiliki fungsi melakukan operasional usaha penerbangan. Selanjutnya tentu Pelita Air harus mengurus sertifikat operator pesawat udara yang diajukan kepada Kemenhub termasuk didalamnya rute penerbangan.
Erick Thohir sebagai Menteri BUMN menyatakan Pelita Air Servide memiliki peluang untuk berkembang menjadi maskapai yang sehat dan kuat. Bahkan ia juga berpesan agar pelita fokus menggarap pasar domestik dari pada menggarap penerbangan internasional.
Apa yang diungkapkan oleh sang Menteri BUMN tentu menjadi sinyal Pelita Air bisa menggantikan posisi Garuda Indonesia. Dimana Pelita Air juga memiliki jam terbang yang panjang, lahir pada tahun 1963 pastinya memiliki pengalaman dalam mengolah manajemen penerbangan.
Sejarah Pelita Air
Dalam halaman website resmi Pelita Air merupakan sebuah maskapai untuk memenuhi kebutuhan transportasi bagi Pertamina. Ketika itu, Pertamina tengah meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi ditanah air.
Pada awalnya Pelita Air hanya sebagai departemen layanan udara. Tetapi 7 tahun kemudian atau sekitar tahun 1970, Pertamina akhirnya mendirikan PT. Pelita Air Service. Anak usaha yang melayani operasi penerbangan berkelanjutan.
Bahkan maskapai ini diberi misi untuk melakukan operasi penerbangan untuk melayani dan koordinasi operasi penerbangan secara ekonomis dalam industri migas di Indonesia melalui penerbangan carter atau sewa, termasuk didalamnya kegiatan transmigrasi, pemadam kebakaran, pengungsi, pelang merah, tumpahan minyak, foto udara hingga transportasi kargo.
Tak berhenti disana, langkah selanjutnya dalam mengembangkan Pelita Air kemudian diperluas sebagai penerbangan untuk VVIP, lepas pantai, evakuasi medis, operasi seismik, survei geologi, helirig, pilot helikopter untuk disewa, dukungan dan pelatihan
Sementara itu, untuk masuk dalam maskapai regular, sebelumnya Pelita Air pernah terjun dalam lini bisnis penerbangan regular sejak tahun 2000 hingga 2005, dengan mengambil beberapa rute domestic, tetapi dipasar tersebut Pelita Air kurang beruntung dan kembali fokus pada bisnis awalnya yaitu penerbangan sewa.
Tak hanya itu, Pelita Air juga memiliki fasilitas pemeliharaan sendiri, dengan nama PT IndoPelita Aircraft Service. Unit ini memiliki keunggulan dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan pesawat. Mereka juga memiliki lapangan terbang eksklusif di Lapangan Terbang Pondok Cabe. Di sana fasilitas yang dimiliki Pelita Air terdiri dari hanggar, gudang dan landasan pacu sepanjang 2.000 meter.
Sekarang ini, Pelita Air memiliki beberapa armada yang siap beroperasi seperti pesawat rotary wing dan fixed wing untuk melewati seluruh medan Indonesia. Diantaranya, ATR 42-500, ATR 72-500, CASA 212-200, AT 802, Bell 412 EP, Bolkow NBO-105, Sikorsky S76 C++, Sikorsky S76-A, Bell 430.
Pelita Air yang merupakan perusahaan penerbangan yang melayani penerbangan carter ini, kini mulai mengajukan ijin penerbangan berjadwal kepada Kementerian Perhubungan. Sehingga tidak salah jika wacana Pelita Air akan menggantikan Garuda Indonesia makin santer.
Albert sebagai direktur utama merupakan sosok yang tidak asing dalam dunia penerbangan. Sebelumnya ia menjabat sebagai direktur utama Citilink Indonesia dan pernah meniti karir di Garuda Indonesia.
Memiliki sejarah eksplorasi dan eksplotasi ladang mintak dan gas alam, maka Pelita Air berkomitmen memberikan layanan luas yang mampu meraih penghargaan.Maskapai ini mencatatkan 37.884 jam terbang tercatat (2014-2017), memiliki lima Stasiun Pangkalan (2017), 15 sayap putar (Helikopter), 9 sayap tetap, dan 1 angkutan BBM di Papua (+150 Kl per bulan)
Sementara itu, untuk bidang pelatihan Pelita Air telah memiliki lebih dari 30 pelatihan dalam penerbagan dengan turbin industri. Mengadakan 200 in class training untuk 1.990 orang pada 2017, memiliki 7 Sertifikasi yang sedang berjalan dari Dirjen Perhubungan Udara (DJP), dan 3 sertifikasi nasional & 3 sertifikasi internasional dalam proses persetujuan.
Dari sejarah panjang dan manajemen yang baik, seperti Pelita Air memiliki peluang besar untuk menggantikan Garuda Indonesia yang sakit terlilit utang.