Peminat Pensiun Dini Pegawai Garuda Indonesia Jauh Dari Efisien
Keterperukan PT Garuda Indonesia karena terbelit utang kini berimbas pada kinerja perusahaan plat merah tersebut, kabar terbaru seribu lebih pegawai Garuda Indonesia telah memilih program pensiun dini.
Telah tercatat 1.099 pegawai Garuda Indonesia yang telah mengikuti program pensiun dini, meski demikian, angka dari program pensiun dini ini terbilang kecil atau jauh dari harapan manajemen agar maskapai Garuda Indonesia bisa beroperasi efisien.
Dalam rapat antara Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dengan Komisi VI DPR di Gedung Parlemen mengatakan jika angka yang telah tercatat mengikuti program pensiun dini belum mampu menjadikan Garuda Indonesia bisa beroperasi dengan efisien dan optimal.
Bahkan dari informasi yang diperoleh jumlah pilot yang mengikuti program pensiun dini ini tidak banyak. Padahal jumlah pilot atau karyawan harus disesuaikan dengn alat produksi yang dimiliki oleh Garuda Indonesia.
Masih kecilnya angka partisipasi pegawai mengikuti pensiun dini membuat ia berencana melakukan penawaran lain kepada karyawan lainnya. Ia berencana akan melakukan diskusi dengan serikat pekerja Garuda Indonesi untuk mendiskusikan masalah tersebut.
Langkah efisiensi pegawai Garuda Indonesia ini terpaksa dilakukan oleh perusahaan plat merah karena jumlah utang Garuda Indonesia terus membengkak. Ditambah dengan pukulan pandemi Covid 19 yang membuat industri penerbangan di seluruh dunia kolaps termasuk Garuda Indonesia .
Adanya pembatasan sosial yang dilakukan oleh pemerintah guna menanggulangi wabah corona berakibat turunnya angka penumpang Garuda Indonesia, sehingga berakibat pada pendapatan maskapai negara ini tidak sebanding dengan operasional yang harus di bayar Garuda Indonesia.
Beberapa faktor yang wajib dikeluarkan oleh Garuda Indonesia diantaranya, sewa pesawat yang tergolong paling mahal, perawatan, biaya avtur, dan pegawai yang mencapai US$ 20 juta atau sekitar Rp 287 miliar per bulan.
Tak hanya itu, beberapa faktor yang membebani Garuda Indonesia ini menciptakan arus kas yang tidak sehat. Pilihan restrukturisasi secara menyeluruh dengan berbasis pada jumlah pesawat yang akan digunakan oleh Garuda.
Mempelajari pergerakan calon penumpang belakangan ini, maka manajemen telah menghitung akan memangkas jumlah pesawat hingga 50 persen, dimana pada awalnya Garuda Indonesia mengoperasikan 124 pesawat maka manajemen hanya akan mengoperasikan sekitar 70 unit pesawat.
Tak hanya itu, Garuda Indonesia juga telah memutuskan menunda kembali pembayaran kupon sukuk bunga dengan nilai mencapai US$500 juta. Sebelumnya pembayaran sukuk bunga ini telah mengalami penundaan selama dua kali.
Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan kondisi pandemi saat ini. Manajemen Garuda Indonesia ingin memastikan bahwa perusahaan negara ini dapat keluar dari kebangkrutan dan menjadi perusahaan yang kuat dan sehat.
PT Garuda Indonesia ini pun telah melakukan kegiatan operasional maskapai dengan pengelolaan keuangan dengan sangat hati-hati. Sehingga masih bisa melakukan penerbangan di masa pandemic sekarang ini.
Bahkan Garuda Indonesia telah memberitahukan kerja sama dengan Guggenheim Securities sebagai penasihat keuangan, berkolaborasi dengan penasihat yang telah ada seperti PT Mandiri Sekuritas, Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP, dan Assegaf Hamzah & Partners agar dapat menemukan strategi keluar dari krisis.