Asuransi

Intip Perusahaan Asuransi Jiwa Bermodal Besar di Semester I 2025

Perusahaan Asuransi Jiwa Di tengah persaingan ketat dalam industri asuransi jiwa, perusahaan yang berbentuk usaha patungan antara perusahaan lokal dan asing terus mendominasi pasar. Berdasarkan data terbaru hingga Juni 2025, beberapa perusahaan asuransi jiwa memiliki aset yang sangat besar, mencerminkan kekuatan dan stabilitas mereka.

PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menjadi perusahaan dengan aset terbesar, mencapai Rp 62,73 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 95%, dimiliki oleh Manulife Financial (Singapore) Pte.Ltd. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan asing memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan aset perusahaan.

Di posisi kedua adalah PT Indolife Pensiontama dengan aset sebesar Rp 61,33 triliun. Kepemilikan sahamnya dibagi antara PT Lintas Sejahtera Langgeng dan PT Cakra Intan Sakti masing-masing sebesar 49,73% sebagai perusahaan asuransi jiwa yang modalnya cukup besar.

Selanjutnya, PT Prudential Life Assurance menempati posisi ketiga dengan nilai aset mencapai Rp 57,48 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 94,62%, dimiliki oleh Prudential Corporation Holdings Limited.

PT Axa Mandiri Financial Services mengisi posisi keempat sebagai perusahaan asuransi jiwa bermodal besar dengan aset sebesar Rp 42,17 triliun. Nilainya meningkat sebesar 4,72% secara YoY. Mayoritas kepemilikan sahamnya, yaitu 51%, dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sedangkan 49% dimiliki oleh National Mutual International Pty. Ltd. Direktur Keuangan AXA Mandiri, Aayush Poddar, menyatakan bahwa peningkatan aset tersebut didorong oleh pengelolaan investasi yang hati-hati dan alokasi ke instrumen yang memberikan imbal hasil optimal sambil memperhatikan risiko.

PT AIA Financial berada di posisi kelima dengan aset sebesar Rp 40,91 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 94,99%, dimiliki oleh AIA International Limited. Diikuti oleh PT Asuransi Allianz Life Indonesia di posisi keenam dengan aset sebesar Rp 35,93 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 99,76%, dimiliki oleh Allianz of Asia Pacific & Africa GmbH.

Posisi ketujuh sebagai perusahaan asuransi jiwa bermodal besar ditempati oleh PT Asuransi Jiwa IFG dengan aset sebesar Rp 33,90 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 99,99%, dimiliki oleh PT Bahana Pembina Usaha Indonesia (Persero).

Di posisi kedelapan, PT BNI Life Insurance memiliki aset sebesar Rp 26,88 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 60%, dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sedangkan 39,99% dimiliki oleh Sumitomo Life Insurance Company.

Sementara itu, PT Asuransi BRI Life berada di posisi kesembilan sebagai perusahaan asuransi jiwa dengan aset sebesar Rp 26,87 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 51%, dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan 43,96% oleh FWD Manajemen Holdings.

Di posisi terakhir, PT Asuransi Jiwa Sequis Life memiliki aset sebesar Rp 21,34 triliun. Mayoritas sahamnya, sebesar 68,34%, dimiliki oleh PT Sequis.

Alasan Dominasi Perusahaan Asuransi Jiwa Patungan

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menjelaskan bahwa dominasi perusahaan patungan tidak terlepas dari dukungan kuat dari induk perusahaan. Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, menyatakan bahwa perusahaan asing atau joint venture umumnya didukung oleh induk perusahaan dengan kapitalisasi besar dan jaringan global yang luas.

Dukungan ini membuat mereka lebih unggul dalam hal modal, akses teknologi, dan pengalaman internasional. Selain itu, jalur distribusi mereka sering terintegrasi dengan sektor perbankan melalui bancassurance, sehingga pertumbuhan bisnis bisa lebih cepat dan luas. Implementasi teknologi digital juga cenderung lebih cepat karena dukungan global, sehingga kualitas layanan dan proses bisnis ke nasabah berkembang lebih cepat.

Togar juga menyoroti bahwa perusahaan joint venture lebih siap dalam menerapkan regulasi baru seperti PSAK 117 dan ekuitas minimal. Karena regulasi tersebut membutuhkan dukungan modal, sistem, dan sumber daya manusia yang kuat, perusahaan asing memiliki keuntungan karena pengalaman global mereka.

Namun, Togar menegaskan bahwa perusahaan lokal masih memiliki peluang untuk berkembang. Produk tradisional masih menjadi tulang punggung industri asuransi jiwa, dengan kontribusi sekitar 63% dari total premi industri per Juni 2025 yang sebesar Rp 87,6 triliun.

Prediksi Masa Depan Industri Perusahaan Asuransi Jiwa

Togar memperkirakan bahwa kondisi pasar asuransi akan semakin berimbang antara perusahaan joint venture dan lokal.

Meskipun perusahaan asing tetap menjadi pemain kuat karena dukungan modal dan jaringan global, perusahaan lokal juga semakin berpotensi memperkuat posisinya melalui penetrasi produk tradisional yang diminati masyarakat.

Data AAJI menunjukkan bahwa aset industri asuransi jiwa pada semester I-2025 mencapai Rp 630,53 triliun, tumbuh sebesar 2,2% secara YoY.

Ini menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa tetap menunjukkan pertumbuhan positif meski dihadapkan pada tantangan dan kompetisi yang ketat.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button