2 Perusahaan Ini Jadi Pengelola Harta Karun NKRI
Banyak yang penasaran tentang keberadaan harta karun NKRI, apalagi jika dikaitan dengan kondisi ekonomi rakyat yang semakin banyak memerlukan bantuan dari sisi ekonomi. Tapi seperti apa harta karun yang terkuak ini? Simak ulasan kontenstore.com berikut ini.
Kabar kemunculan harta karun tentu saja bisa memunculkan buah bibir karena dengan kehadirannya bisa menjadikan salah satu alternatif solusi ekonmi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Sayangnya harta karun NKRI yang disebutkan adalah bukan dalam bentuk emas atau berlian dan batu mulya, tetapi dalam bentuk minyak bumi yang ditemukan oleh pemerintah. penemuan tersebut tentunya bagi industri energi dan minyak bumi sangat menggembirakan, terutama untuk negara karena menjadi salah satu pendapatan negara yang cukup besar.
Penemuan harta karun tersebut ternyata dari hasil restrukturisasi PT Pertamina yang dilakukan langusng oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Dibawah koordinasi dan pantauan Erick, akhirnya langkah yang dilakukan yaitu melakukan restrukturisasi mendapatkan hasil yang cukup baik yakni ditemukannya sumber gas dan minyak.
Cara Erick Tohir melakukan restrukturisasi salah satunya adalah dengan melakukan koordinasi dengan sub holding yang ada, dan cara tersebut berhasil bisa menemukan sumber minyak dan gas guna mengatasi kekurangan yang ada selama ini.
“Contohnya saja yang selama ini kita kekurangan daripada penemuan sumber gas dan minyak setelah dikonsolidasi kita dapat temuan baru 204 juta barrel. Dan yang terpenting hulu (Subholding Upstream) sekarang untung US$ 1 miliar di atas target jauh,” ujar Erick Tohir.
Erick juga membeberkan jika kinerja sub holding refinery and petrochemical mengalami kenaikan, yang sebelumnya enjadi beban, akhirnya dengan restrukturisasi yang dilakukan, kni mengalami laba sebesar U$$ 322 juta. Dan penekanan yang terjadi pada subholding oleh Eric Tohir adalah bukan menjadikan subholding tersebut sebagai super holding tetapi lebih kepada holding klasterisasi yang mengharuskan terjadinya supply chain.
Erick juga memberikan bukti bahwa efisiensi yang dilakukan memberi dampak kenaikan 19% refenery dari 23 triliun rupiah. “Bottom line nya diprediksi rugi 1,4 trliun rupiah sekarang malah justru untuk 1,2 triliun rupiah.
Logam Tanah Jarang
Terlepas dari minyak dan gas yang telah mengalami kenaikan dengan restrukturisasi oleh Menteri BUMN, kini muncul kembali harta karun NKRI yang juga memiliki potensi besr yakni Logam Tanah Jarang (LTJ).
Di Amerika serikat atau negara-negara penghasil LTJ atau rare earth element dijadikan sebagai bahan baku peralatan teknologi, mulai dari baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Selain itu, bisa juga untuk bahan baku kendaraan listrik hingga industri pertahanan atau peralatan militer.
Sayangnya, Indonesia masih belum memiliki pabrik pengolahan LTJ untuk menjadi bahan baku yang telah banyak beredar di pasaran. Artinya, potensi LTJ sebagai harta karun NKRI yang ada di Indonesia bisa menjadi salah satu sumber ekonomi di masa mendatang.
Berdasarkan buku “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia” oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.
Lalu bagimana cara melakukan pengembangan dari bahan baku tersebut, itulah pekerjaan rumah yang perlu dijalani oleh NKRI guna memanfaatkan harta karun yang telah disediakan oleh alam. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat Indonesia akan lebih meningkat sehingga p[redikat yang sebelumnya sebagai negara berkembang akan menjadi negara maju dengan berbagai produk unggulan serta keanekaragaman yang ada termasuk harta karun NKRI yang masih tersimpan dan bisa dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.