3 Sebab Tempe Hilang di Pasar
Kenaikan harga kedelai ditenggarai penyebab kenaikan harga tempe. Bukan mustahil, tempe akan sempat menghilang di pasar. Setidaknya ada 3 sebab tempe hilang di pasar.
1. Aksi Mogok Produksi dan Berjualan
Sebab tempe hilang dipasar yang pertama adalah, besok, Senin (21/2/2022) akan ada rencana aksi perajin tempe untuk memprotes kenaikan harga kedelai. Aksi berupa mogok produksi selama tiga hari (21-23 Februari 2022) dan mogok berjualan.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin mengatakan sebelumnya yang berencana mogok hanya perajin Se Jabodetabek dan Jawa Barat saja.
Akan tetapi, perajin dari luar Jabodetabek dan Jawa Barat akan mengikuti aksi mogok tersebut. Perajin dari daerah Bandung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur menyampaikan keinginan yang sama untuk mogok produksi.
Aksi yang dilakukan ini, tambah Aip, bukan semacam aksi demo yang rusuh turun ke jalan, melainkan hanya berhenti produksi dan tidak berjualan selama 3 hari (21-23 Februari 2022).
Aksi mogok ini adalah upaya terakhir dari para perajin akan mahalnya harga kacang kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu.
“Sistem mogok kami ini bukan demo. Tapi kami hanya berhenti produksi selama tiga hari, terus tidak berjualan di pasar. Sehingga tidak ada cerita turun ke jalan atau bentrok-bentrokan,” kata Aip seperti dikutip dari Kompas, Minggu (20/2).
Aksi mogok sudah direncanakan sejak Desember 2021 lalu, Gakoptindo sudah berupaya untuk melarang melakukan aksi mogok. Namun, melihat harga kedelai tidak juga turun malah semakin naik, maka para perajin kompak untuk melakukan aksi mogok pada esok hari.
“Akibat daripada naiknya harga kedelai ini. Terus gitu naik terus dari Rp 9.000,- menjadi Rp 11.500, jadi banyak yang berhenti produksi terutama yang 20 Kg per hari beli kedelainya,” ujar Aip kepada Detik, Senin (24/2).
Gakoptindo sudah berdialog dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, Oka Nurwan tentang kenaikan harga tersebut.
“Wajar kalau kenaikan harga naiknya misalnya dari 500 menjadi 550/600. Sepotong tempe itu ya sebesar telapak tangan. Tidak banyak sih sebetulnya kenaikannya,” ujar Aip.
Selain Gakoptindo, Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta juga akan melakukan aksi mogok produksi dan berjualan.
Ketua Puskopti Sutaryo mengatakan bahwa mogok produksi itu sebagai bentuk protes terhadap mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp 11.300 per kilogram.
Sejumlah pedagang sudah mengetahui perihal kenaikan harga tersebut dan berharap pemerintah segera menyelesaikan persoalan harga kedelai karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat.
2. Kenaikan Harga Kedelai Impor
Sebab Tempe Hilang di pasar yang kedua adalah, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah menyampaikan perihal kenaikan harga kedelai yang masih pada tren kenaikan sampai dengan pekan kedua Februari 2022. Bahkan kenaikan kedelai diprediksi akan menyentuh harga tertinggi, yaitu USD 15,78 per bushel pada Mei 2022.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag, Isy Karim mengatakan kenaikan harga kedelai itu disebabkan inflasi di negara produsen yang belakangan berdampak pada meningkatnya biaya input produksi, sewa lahan, hingga kekurangan tenaga kerja. Disisi lain, ketidakpastian cuaca di negara produsen turut andil mendorong petani kedelai untuk menaikkan harga.
“Harga kedelai di tingkat pengrajin pada bulan Februari 2022 telah mencapai Rp 11.000 per kilogram dan akan terus mengalami peningkatan pada bulan mendatang menyesuaikan perkembangan harga kedelai dunia,” ujar Isy Karim kepada Bisnis, Rabu (16/2).
Berdasarkan catatan Kemendag, lebih dari 80 persen kebutuhan kedelai didalam negeri dipasok dari importasi sehingga perkembangan harga kedelai di dalam negeri sangat bergantung pada perkembangan harga kedelai dunia.
Dia mengatakan Kementeriannya telah berupaya menjaga keberlangsungan usaha pengrajin tahu dan tempe dengan memastikan pasokan kedelai aman dan tersedia serta melakukan komunikasi secara intens bersama pelaku usaha baik importir (Akindo) maupun Gakoptindo.
“Selain itu, importir juga telah menyampaikan komitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar Rp 10.500 sampai Rp 11.500 per kilogram pada Februari 2022 dan akan direview setiap akhir bulan berjalan menyesuaikan perkembangan harga kedelai dunia,” kata Isykarim.
3. Kurangnya Lahan untuk Tanam
Untuk sebab Tempe Hilang dipasar, kemungkinan yang ketiga adalah kurangnya lahan untuk menanam kedelai, sehingga harus impor kedelai yang harganya sedang mengalami kebaikan.
Kementerian Pertanian pun merespons kenaikan harga kedelai impor ini dengan menyiapkan beberapa strategi.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Yuris Tiyanto mengatakan pemerintah sudah menyiapkan 650 ribu hektar lahan untuk menanam kedelai.
Dia menargetkan pada tahun ini produksi kedelai lokal mencapai 1 juta ton. Jumlah ini memang belum memenuhi secara penuh kebutuhan dalam negeri, namun setidaknya jumlah ini sudah memenuhi keinginan perajin tahu tempe.
Setidaknya secara garis besar, sebab tempe Hilang di pasar tercatat 3 sebab. Kemungkinan besar akan dimulai besok hari (senin 21 Februari 2022), dengan dijalankannya aksi mogok produksi dan berhenti berjualan daripada perajin tempe dan tahu.
Melihat dari Prediksi bahwa tren kenaikan kedelai dunia akan menyentuh level tertinggi pada bulan Maret, maka dikhawatirkan polemik harga tempe akan berlangsung hingga Maret 2022.
Baca juga : Proposal Warung makan Rumahan