NEWS

Kaya Kelapa Sawit, Minyak Goreng Biang Kerok Inflasi

Minyak goreng telah menjadi buar bibir masyarakat karena kenaikan harganya yang cukup tinggi. Bahkan dikabarkan menjadi biang kerok inflasi pada November lalu.

Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dilaporkan bahwa pada bulan November 2021 mencapai 0,37 persen atau 1,75 persen secara tahunan. Bahkan angka tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang tahun 2021.

Meski Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia tetapi cukup aneh jika harga minyak goreng menjadi sorotan karena kenaikan harga yang melambung tinggi. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar apa yang menjadi penyebabnya?

dilansir dari kompas, catatan BPS dari 90 kota yang dievaluasi perkembangan harganya, maka terdapat 84kota yang mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi. Dari dari tersebut inflasi tertinggi terjadi di Sintang sebesar 2,01%.

Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya maka inflasi pada bulan November ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober yang tercatat sebesar 0,12 persen. Bahkan kenaikan minyak goreng menjadi pemicu inflasi tertinggi sepanjang tahun 2021.

Sedangkan dari 6 kota mengalami deflasi, yang tertinggi terjadi di kota Kotamobagu. Penyumbang deflasi adalah adanya penurunan harga daun bawang, ikan cakalang, cabai rawit, dan kangkung. Masing-masing memiliki andil terhadap deflasi sebesar 0,15%.

Menurut BPS, komponen harga yang bergejolak memiliki peran pentung dalam peningkatan laju inflasi November lalu. Kemudian komponen inti seperti harga emas perhiasan, sewa rumah  dan kontrak rumah sebesar 0,11 %, dan komponen harga yang diatur pemerintah sebesar 0,06 persen.

Sementara jika melihat komoditas yang dominan pemicu bergejolaknya inflasi disebabkan minyak goreng dengan mencatatkan angka 0,08 persen kemudian disusul telur, cabai merah dan daging ayam ras yang memiliki andil 0,02 persen.

Kemudian dari sektor transportasi terjadi peningkatan inflasi mencapai 0,51 persen dengan menyumbang 0,05 % disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan. Ada juga kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang menyumbang angka 0,01 persen.

Kaya Kelapa Sawit, Minyak Goreng Biang Kerok Inflasi

Penyebab Harga Minyak Goreng Terus Naik hingga 2022

Lantas kenapa minyak goreng bisa naik? Menurut Kementerian Perdagangan, harga minyak goreng diprediksi akan terus mengalami kenaikan harga hingga kuartal pertama tahun 2022 mendatang. Hal tersebut disebabkan meningkatnya harga kelapa sawit dunia atau CPO.

Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemedag, Oke Nurwan menjelaskan harga minyak goreng berpotensi terus bergerak naik, karena masuk dalam komoditi supercycle. Dimana jika harga CPO terus meningkat akan berdampak pada kenaikan minyak goreng.

Bagaimana langkah pemerintah mengantisipasi hal tersebut. Oke pun menjelaskan kedepanya masyarakat tetap bisa membeli minyak goreng dengan harga normal pada masa Natal dan tahun baru 2022 mendatang.

Pemerintah telah mengambil kebijakan dengan meminta produsen untuk menyediakan kemasan khusus Natal dan Tahun Baru. Bahkan produsen telah menyiapkan kemasan sederhana dengan harga Rp 14 ribu yang akan di distribusikan melalui ritel.

Tak tanggung-tanggung pemerintah juga akan mengguyur pasar sebanyak 11 juta liter dengan harga murah untuk meredam kenaikan dan terjadi kestabilan harga.  Kedepannya pemerintah akan menjual minyak goreng kemasan murah dengan harga Rp 11 ribu per liter.

Bahkan para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah sepakat akan mendistribusikan 11 juta liter minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp 14 ribu. Sekarang ini terdapat 45 ribu gerai ritel yang tergabung dalam Aprindo.

Harga Rp 14 ribu per liter tentu sudah berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Sebelumnya untuk harga HET dengan kemasan sederhana di patok pada harga Rp 11 ribu per liter .

Dengan langkah antisipasi pemerintah untuk mengguyur 11 juta liter tentu diharapkan mampu menstabilkan harga minyak goreng. Selain itu, tentu dapat mengurangi beban pengeluaran masyarakat yang telah teriak karena kenaikan minyak goreng yang tinggi.

Minyak goreng merupakan salah satu jenis bahan pokok yang masuk dalam Sembilan bahan pokok atau Sembako yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Karena karakter masyarakat Indonesia yang gemar mengkonsumsi olahan makanan yang digoreng.

Baca Juga : https://kontenstore.com/investasi/industri/sempat-anjlok-harga-cpo-minggu-ini-makin-oke/

gus miko

simpel and woles
Back to top button