NEWS

4 Balasan dari Sanksi Ekonomi Rusia Bikin Sekutu Teriak

Sanksi ekonomi Rusia telah dijatuhkan oleh negara sekutu. Tapi langkah tersebut mampu menjadi bumerang bagi Amerika dan Uni Eropa.

Dampak operasi militer Rusia terhadap negeri tetangganya Ukraina menyebabkan sanksi ekonomi Rusia yang cukup keras. Salah satunya yang terberat adalah Rusia dikeluarkan dalam system keuangan internasional SWIFT.

Lantas seberapa parahkah sanksi ekonomi Rusia terhadap beruang merah tersebut? Dalam jangka pendek sekarang ini Rusia memang mendapatkan serangan perang ekonomi yang cukup berat, yang menyebabkan nilai mata uang rubel anjlok.

Beberapa investor dalam industri besar di Rusia pun, satu per satu mulai hengkang, mereka takut sanksi ekonomi Rusia bisa membuat perusahaan mendapatkan hukuman dari negara-negara sekutu dengan membatasi transaksi keuangan internasional.

Lantas apakah semudah itu menumbangkan ekonomi Rusia yang merupakan salah satu negara terbesar di dunia?

Negeri Vladimir Putin memang bukan negara-negara yang pernah di sanksi sebelumnya seperti Venezuela, Suriah, Korea Utara, Iran, dll. Rusia merupakan negara dengan perekonomian terbesar didunia.

Selain mengusai teknologi canggih, Rusia juga memiliki kekayaan alam yang tidak sedikit. Bahkan Negeri beruang merah ini menjadi pemain besar dalam bidang energi, tambang, dan teknologi mesin roket yang banyak negara Uni Eropa bergantung kepada Rusia.

Baca juga :
Bbm Naik 3 Maret 2022, Imbas Perang Rusia-Ukraina

sanksi ekonomi rusia
gazprom Rusia

1.Gas bumi kepada Eropa

Dapat dipastikan sanksi ekonomi Rusia akan menjadi bumerang bagi Uni Eropa dan Amerika Serikat. Rusia merupakan negara pengekspor gas alam terbesar di dunia. Bahkan gas alam yang dijual Rusia mengusai 40 % kebutuhan banyak negara benua biru, terutama Jerman.

Meski mereka belum menyasar sanksi ekonomi Rusia dalam bidang energi. Artinya Rusia masih memenuhi kontrak jangka panjang negara-negara Eropa tetapi, kondisi peningkatan harga gas sudah melambung tinggi.

Saat ini harga gas sepanjang tahun 2022 telah naik 140%,hal ini tentu memukul ekonomi negara-negara Eropa.Bahkan saat ini Jerman telah teriak akibat sanksi ekonomi kepada Rusia. Jerman menjadi korban dari senjata bumerang yang telah mereka lepaskan.

Dilansir dari CNBC, Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan dampak sanki ekonomi kepada Rusia mempengaruhih semua sektor ekonomi, sehigga ia takut akan berdampak besar bagi perekonomian Jerman.

Tak hanya itu, Ia juga telah memperingatkan kenaikan biaya energi yang harus ditanggung masyarakat Eropa. Sebagai informasi Jerman dan negara Eropa lain, pada umumnya sekarang ini tengah terbelit oleh inflasi yang meningkat.

sanksi ekonomi rusia
Minyak Rusia

2.Minyak Bumi kepada Amerika Serikat

Sanksi ekonomi Rusia juga menimbulkan kekhawatiran bagi roda ekonomi negara Paman Sam tersebut. Pasalnya Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang tergantung dengan energi Rusia. Tak dapat dipungkiri Energi AS ditopang oleh minyak Rusia.

Selain pemain besar gas, Rusia juga merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia. Negeri tersebut telah menjual 4-5 juta barel per hari ke pasar dunia, dan 2-3 juta barel per hari dalam bentuk produk olahan,

Sama seperti Eropa, meski Amerika Serikat tidak memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia dalam impor minyak bumi, tetapi dampak yang telah dirasakan Amerika dan ekonomi global dengan kenaikan harga minyak yang telah mencapai lebih dari US$ 100 perbarel.

Meski demikian, dampak akses keuangan yang dibatasi dan takutnya para pedagang (trader) minyak pada pusat perdagangan minyak terbesar di Amerika Serikat membuat mereka waspada. Bahkan mereka telah tidak melakukan impor dari Rusia.

Artinya sanksi ekonomi Rusia telah mengganggu pasar dibidang energi. Meski belum menjatuhkan hukuman dalam sektor energi, tetapi telah menciptakan inflasi. Lantas bagaimana jadinya jika Rusia memutuskan pasokan energinya.

Seperti diketahui, pasar energi Rusia telah menjadi kebutuhan Uni Eropa dan Amerika Serikat, dan selama ini mitra perdagangan terbesar Rusia adalah China. Bahkan kedua negara bersekutu ini telah memiliki sistem keuangan tersendiri.

3.Stop titanium, Boeing dan Airbus Galau

Dilansir dari Sindonews, pukulan selanjutnya dari sanksi ekonomi Rusia telah dilakukan oleh Vladimir Putin. Kali ini Putin juga melarang bahan utama pembuatan pesawat terbang, titanium dijual kepada industri pesawat terbesar Boeing di Amerika Serikat dan Airbus di Eropa.

Dilansir dari flightglobal, Barat juga bergantung pada Rusia dalam menyediakan komponen titanium untuk memproduksi mesin dan pesawat komersil. Lagkah ini jelas meningkatkan kekhawatiran terkait rantai pasokan.

VSMPO-Avisma dari Rusia merupakan pemain terbesar dunia dalam menyediakan komponen pembuatan pesawat terbang komersil. Sebelumnya Biden menyatakan blokade pada industry dirgantara Rusia akan berpengaruh pada perekonomian.

Sayangnya presiden Amerika tersebut lupa bahwa Boeing dan Airbus memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dari pasokan titanium Rusia. Sanksi ekonomi Rusia pun menjadi senjata bumerang yangn menyerang tuannya sendiri.

“Jika pasokan dari Rusia itu hilang itu akan menjadi masalah besar, VSMPO-Avisma memasok sekitar 35-40 persen titanium yang digunakan oleh Boeing, setidaknya setengah dari kebutuhan Airbus dan sebagian besar dari Embraer,” kata Kevin Michaels, direktur pelaksana konsultan kedirgantaraan AeroDynamic Advisory.

Baca juga :
Minyak Goreng, Harga Digoreng makin tinggi.

sanksi ekonomi Rusia
Mesin roket Rusia

4.Larangan penjualan mesin Roket

Bahkan langkah balasan dari sanksi ekonomi Rusia adalah akan diberlakukan pelarangan penjualan mesin roket. Selama ini seluruh penerbangan luar angkasa Amerika Serikat menggunakan mesin roket dari Rusia.

Moscow telah memutuskan akan menghentikan penjualan mesin roket ke Amerika Serikat. Langkah ini telah disampaikan oleh Dmitry Rogozin, selaku Kepala Badan Antariksa Rusia, Roscosmos.

“Dalam situasi seperti ini kita tidak dapat memasok Amerika Serikat dengan mesin roket terbaik dunia kita. Biarkan mereka terbang dengan sesuatu yang lain, sapu mereka, saya tidak tahu apa,” kata Rogozin di televisi pemerintah Rusia seperti diberitakan Reuters dan Channel News Asia

Selama ini Rusia telah mengirim hingga 122 mesin RD 188 ke Amerika Serikat dari tahun 1990. Dari seluruh jumlah tersebut 98 diantaranya digunakan untuk kendaraan peluncuran Atlas.

Tak hanya itu, Roscosmos pun telah menghentikan service mesin roket yang dikirimkan Amerika Serikat. Bahkan saat ini ada 24 mesin yang dibiarkan tergeletak tanpa bantuan teknisi dari Rusia. Akibatnya AS kini menyetop kerjasama dengan Eropa dalam peluncuran luar angkasa.

Itulah 4 langkah balasan yang dapat dilakukan Moscow menanggapi sanksi ekonomi Rusia yang dijatuhkan Amerika Serikat dan Eropa.

gus miko

simpel and woles
Back to top button