Facebook Kritis, Ada 5 Sebab
Metaverse yang merupakan ide Meta yang merupakan nama pengganti Facebook ternyata malah membuat Facebook kritis.
Setidaknya ada 5 penyebab yang membuat Meta harus merubah strategi bisnisnya agar tidak terjadi Facebook kritis untuk waktu yang lama.
1. Saham Meta Anjlok
Meta yang merupakan perusahaan induk Facebook telah kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari 237 miliar USD. Facebook kritis disaat ide metaverse mencuat.
Perdagangan di bursa saham Nasdaq, pada Kamis (3/2), merupakan penurunan terbesar untuk satu hari perdagangan pada valuasi perusahaan dalam sejarah pasar saham Amerika Serikat (AS).
Saham induk Meta ditutup ambles lebih dari 26 persen, setelah perusahaan memperkirakan pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan kuartal sebelumnya.
Meta juga mengatakan mendapat pukulan besar dari perubahan privasi Apple. Selain itu, pengguna harian aktif juga mengalami penurunan.
Valuasi yang menurun didalam Meta terjadi saat perusahaan tengah mencari peluang baru melampaui batas bisnisnya, Facebook, Instagram, Whatsapp yang akan terjun ke Metaverse, dunia virtual teknologi baru.
Chief Executive Officer (CEO) Meta, Mark Zuckerberg mengumumkan pada hari Rabu (2/2) bahwa divisi bisnis perusahaan yang bertanggung jawab pada investasi di Metaverse, yaitu Reality Labs mengalami kerugian sebesar 10 miliar USD (Rp 143, 50 triliun) pada tahun 2021.
Mulai dari kinerja keuangan yang tidak sesuai ekspektasi pada kuartal IV-2021. Penurunan performa bisnis Meta juga ditenggarai karena persaingan bisnis.
Reuters menuliskan, Meta melaporkan adanya penurunan aktivitas harian penggunanya pada kuartal terakhir tahun lalu.
Perubahan aturan privasi Apple diduga turut mempengaruhi. Tahun lalu, Apple memperkenalkan aturan privasi terbaru, Apple Tracking Transparency (ATT). Membuat pengguna iPhone punya pilihan untuk memberikan kemampuan pemantauan aktivitas online pada aplikasi seperti Facebook.
Aplikasi seperti Facebook akan merugi karena kebijakan ATT tersebut, terutama pada iklan bertarget perusahaan. Meta juga mengkritik kebijakan itu merugikan perusahaan.
Pangsa pasar iklan online diambil oleh Goggle sebagai dampak perubahan aturan privasi Apple.
Penurunan kapitalisasi pasar Meta menyebabkan kekayaan Zuckerberg dalam Bloomberg Billionaire Index turun drastis hingga 30 miliar USD atau setara dengan Rp 431 triliun.
2. Pengguna Aktif Harian Turun
Facebook kritis, penyebab selain nilai saham yang turun adalah penurunan pengguna harian, dan merupakan pertama dalam sejarah Facebook.
Pada kuartal ke IV-2021, Facebook memiliki 1,929 miliar pengguna aktif harian. Penurunan yang lumayan jauh, dari kuartal sebelumnya yang 1,93 miliar.
“Setiap penurunan di masa depan dalam basis pengguna aktif kami bisa berdampak buruk pada kemampuan kami memberikan tayangan iklan, dan kinerja keuangan kami,” ungkap Meta.
Mark Zuckerberg menyoroti Tik Tok yang berkembang sangat cepat. “Orang-orang punya banyak pilihan untuk menghabiskan waktu mereka dan aplikasi seperti Tik Tok berkembang sangat pesat,” kata Zuckerberg dikutip dari USA Today, Jumat (4/2).
Seolah ingin bersaing lebih baik dengan Tik Tok, Meta juga berinvestasi banyak pada video berdurasi pendek. Termasuk membuat fitur reels pada Instagram tahun 2020.
Chief Financial Officer Facebook, David Wehner punya alasan lain mengenai jumlah pengguna hariannya menurun. Dia mengatakan karena ada kenaikan harga data Internet di India, yang juga merupakan pasar terbesarnya.
Penurunan kontribusi dari Afrika dan Amerika Latin juga disebut sebagai sebab utama penurunan pengguna harian tersebut.
The Indian Express menyebut penurunan jumlah pengguna ini menunjukkan adanya kejenuhan pada produk utama Meta di pasar global.
Beruntung aplikasi lain seperti Instagram, Whatsapp, Messenger dilaporkan terus mendapatkan tambahan pengguna meskipun dalam jumlah sedikit. Demikian halnya dengan Facebook, pengguna bulanan dilaporkan ada penambahan.
3. Kripto Facebook Gagal
Facebook kritis, sebab ketiga adalah proyek kripto milik Meta yaitu Diem dilaporkan gagal.
Proyek Diem itu dimulai pertengahan tahun 2019 dengan konsorsium perusahaan teknologi dan keuangan lain. Diem diharapkan bisa jadi saingan Bitcoin secara global dan mata uang flat lainnya.
Idenya adalah menciptakan sesuatu yang bisa ditransmisikan secara instan antar pengguna bahkan lintas batas. Namun akhirnya, belum lama ini Asosiasi Diem mwngkonfirmasi bahwa mereka menjual aset yang tersisa ke Silvergate Capital Corp.
Chief Executive Officer Block Inc dan pendiri Twitter, Jack Dorsey angkat bicara soal proyek kripto Facebook dan mengatakan sebaiknya perusahaan Mark Zuckerberg itu Berfokus pada Bitcoin juga.
Pendiri Twitter itu juga mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan Meta pada Diem tidak cukup terbuka. Namun Dorsey mengatakan perusahaan terlalu fokus mengarahkan orang ke rangkaian produknya sendiri seperti Whatsapp dan Instagram.
“Mereka mencoba menciptakan mata uang yang dimiliki Facebook, mungkin untuk alasan yang tepat, mungkin untuk alasan yang mulia. Namun ada juga beberapa alasan yang mengindikasikan upaya membuat lebih banyak orang masuk ke ekosistem Facebook,” ujar Dorsey, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (2/2).
4. Metaverse
Fokus Meta memang ada di Metaverse dan Mark Zuckerberg percaya teknologi itu jadi generasi berikutnya dari internet. Pengeluaran perusahaan mencapai lebih dari 10 miliar USD pada tahun lalu.
Pengeluaran besar-besaran tidak lantas membuat ambisi Facebook berjalan mulus. Justru saat ini Facebook kritis, dan membuat seluruh lini bisnis mereview ulang strategi bisnisnya.
Zuckerberg bahkan berharap dapat menghabiskan lebih banyak uang lagi di masa depan untuk Metaverse.
5. Ancaman Regulasi Antimonopoli
Sebab yang kelima ini juga dapat membuat Facebook kritis. Meta harus menghadapi banyak penyelidikan seperti dari Federal Trade Commision AS dan beberapa jaksa agung negara bagian.
Ini untuk penyelidikan terkait cara Meta bertindak pada cara anti-monopoli. Para anggota parlemen juga berusaha untuk mengupayakan kongres meloloskan RUU anti monopoli.
Zuckerberg membantah soal monopoli, dan mengatakan “tingkat persaingan yang belum ada sebelumnya” termasuk dengan TikTok, Googgle, maupun Apple.
Belum satu tahun Facebook berganti nama menjadi Meta. Sebagai upaya untuk melangkah lebih jauh pada Metaverse, namun saat ini dapat dikatakan Facebook kritis yang sedikit menghambat laju kecepatan pengembangan Metaverse.
Dari kelima sebab itulah yang bisa dikatakan fase Facebook kritis. Namun bagaimana pun juga, Meta telah berkembang menjadi perusahaan raksasa dan tidak akan membiarkan Facebook kritis untuk waktu yang lama atau merugi sangat besar.
Baca juga : Jual Beli NFT Ada Resikonya, Pakar Mengingatkan