BISNIS

Giant Tutup, Retail Offline Versus E-Commerce

Ditengah resesi yang diakibatkan oleh pandemi virus covid 19, masyarakat dikagetkan dengan retail besar Giant yang dikabarkan akan menutup seluruh gerainya. Lantas bagaimana dengan masa depan retail offline versus e-commerce.

Tutupnya seluruh gerai milik PT Hero Supermarket Tbk diperkirakan bukan karena faktor penurunan daya beli masyarakat saja. Tetapi juga tergerus dengan perubahan perilaku masyarakat dalam membelanjakan kebutuhannya melalui online.

Hal ini diungkapkan oleh Hippindo atau Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) yang menganggap masyarakat sekarang ini lebih memilih berbelanja dengan cepat dan efisien sehingga tidak menyita waktu dan tenaga untuk berbelanja.

Tak hanya itu, Budiharjo selaku Ketua Umum Hippindo juga menambahkan bahwa saat ini masyarakat cenderung bosan dengan gaya berbelanja kebutuhan bulan ditempat yang luas dengan rak-rak yang berjejer. Sekarang ini mereka lebih senang berbelanja di tempat yang kecil tetapi mampu membeli seluruh kebutuhan pokoknya.

Gempuran bisnis e-commerce menjadi pukulan besar bagi raksasa ritel offline seperti Giant. Perubahan perilaku, dan kemajuan teknologi menciptakan e-commerce yang yang saling bersaing. Kini e-commerce tidak lagi menyediakan bahan-bahan tersier kini merambah kepada bahan-bahan pokok.

e-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan belanja bulanan rumah tangga hingga material bangunan juga memberikan promosi-promosi yang menggiurkan konsumen. Tawaran diskon dan promo gila-gilaan membuat masyarakat banyak beralih kepada belanja online.

Giant Tutup, Retail Offline versus E-Commerce

Hal ini tentu bukan sekedar dari asumsi saja, dari data yang dilansir kontenstore dari laporan Google, Temasek dan Bain& Company terkait dengan e-conomy 2020, penelitian menyimpulkan waktu yang dihabiskan seseorang masuk aplikasi belanja online mengalami peningkatan, dari 3,7 jam kini naik mencapai 4,7 jam.

Bahkan Bank Indonesia juga memperkirakan transaksi elektronik masyarakat dalam berbelanja online mencapai Rp 337 triliun, dimana pada tahun 2020 lalu, e-commerce membukukan angka Rp 235 triliun.

Pertarungan antara ritel offline versus e-commerce juga mengancam departemen store. Jika Giant lebih terfokus pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok, ternyata serangan kepada gerai penjual pakaian, tas, dan kebutuhan tersier lainnya telah menyerah terlebih dahulu tak mampu bergelut dengan market place digital.

https://kontenstore.com/bisnis/manfaat-marketplace-agar-bisnis-bertahan-di-masa-pandemi/

Dari data yang ada Ramayana dan Matahari merupakan sejumlah retail offline yang terkapar di tahun 2020 lalu. Penjualan department store tersebut ambruk bukan karena promo gila-gilaan pada e-commerce tetapi juga membanjirnya produk impor dengan harga yang sangat murah.

Dari data Sirclo saat ini pertumbuhan orang yang menggunakan e-commerce sangat pesat. Terdapat 12 juta penguna e-commerce selama masa pandemi ini. Momentum pembatasan kegiatan sosial membuat aplikasi digital mendapatkan positioning bisnis.

Persaingan yang ketat tentu menciptakan kekhawatiran tersendiri, pasalnya dengan banyaknya bisnis retail offline yang tutup maka dapat dipastikan akan menambah tingkat pengangguran dimasyarakat. Seperti Giant yang dikabarkan akan merumahkan sekitar 3.000 karyawannya.

Dari informasi yang diperoleh Serikat Pekerja Hero Supermarket (SPHS) menyatakan mereka telah menampung keinginan para karyawan Giant untuk menyelesaikan kontrak pekerjaan dengan perusahaan. Dan sebanyak 60-70 persen karyawan Giant menyatakan ingin berhenti kerja dan memperoleh pesangon.

Meski demikian, sebenarnya dalam bisnis selalu ada celah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satunya menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, supermarket atau retail offline bisa beralih membidik pasar dengan menjual produk tahan lama yang resikonya lebih kecil.

Sebagai informasi Hero Group telah menyatakan menutup 80 gerainya diseluruh Indonesia. Bahkan Presiden Direktur Hero Supermarket menjelaskan keputusan tersebut menjadi pilihan strategis yang dilakukan Hero Supermarket, Guardian, IKEA, dan Giant.

Bahka ia juga mengatakan tiga raksasa retail dunia seperti Walmart (AS) , Carrefour (Prancis), Tesco (Inggris) telah meninggalkan hypermarket, karena adanya perubahan perilaku masyarakat dunia terkait dengan perkembangan teknologi IT.

Tumbangnya Giant, tentu menjadi jawaban siapa pemenang bisnis retail offline versus e-commerce. Dibalik itu semua tentu juga menimbulkan dampak positif bagi masyarakat untuk mulai berbisnis online tanpa harus memiliki modal yang besar.

Back to top button