Jual Beli NFT Ada Resikonya, Pakar Mengingatkan
NFT sedang tren, pakar mengingatkan ada resiko yang perlu diketahui sebelum melakukan jual beli NFT. Terutama terhadap situs palsu berkedok market place.
Seiring dengan waktu, jual beli NFT akan semakin mudah. Beberapa artis terkenal ikut meramaikan tren jual beli NFT. Tentu dijaman pandemi Covid-19 saat ini, tanpa memanfaatkan jual beli NFT akan kesulitan bagi artis untuk menjual karya.
Chief Executive Officer (CEO) Bitocto, Milken Jonathan mengungkapkan bahwa ada juga yang impersonasi sebagai customer support pada market place tersebut.
“Namun nyatanya private key pun di hack bersama aset-asetnya,” ujar Milken dilansir dari CNN Indonesia.com, Rabu (19/1).
Private key merupakan sekumpulan angka yang digunakan untuk mengakses mata uang kripto. Ini semacam password yang perlu dimasukkan oleh pengguna untuk memverifikasi transaksi dengan kripto.
Milken mengatakan situs tersebut kebanyakan sudah di-takedown (tutup paksa). Namun setelah dibongkar, mereka membuat lagi yang baru.
Platform market place atau tempat jual beli NFT umumnya menggunakan browser wallet yang mungkin bisa cukup sulit dipahami oleh pemula. Sebagai contoh wallet yang banyak digunakan oleh platform metaverse adalah Metamask.
Metamask merupakan dompet mata uang kripto berupa perangkat lunak yang digunakan untuk berinteraksi dengan blockchain Ethereum. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mengakses dompet ethereum mereka melalui eksternal browser atau perangkat seluler.
Menjual sebuah karya NFT sekarang sudah sangat mudah, Milken menambahkan. Bagaikan menjual sebuah produk di aplikasi e-commerce. Namun, masih ada resiko karya tersebut dicuri dan dijual oleh orang lain.
Dia menganjurkan agar pemula mempelajari dulu mengenai cara kerja uang kripto dan blockchain agar dapat paham tentang end to end Flow dari NFT.
CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan meminta agar pengguna berfikir dua kali sebelum investasi menggunakan NFT. Maklum, ekosistem NFT masih relatif baru. Pengembangannya pun masih bertahap sehingga secara kegunaan, belum terlalu bisa digunakan.
“NFT memang tren yang berhubungan dengan kripto. Namun hal yang perlu dipahami oleh para investor adalah NFT bukan produk investasi. Jadi jangan sampai menyesal sudah membeli satu karya digital mahal, namun susah untuk menjualnya kembali,” ujar Oscar.
Apabila ada investor yang berkeinginan untuk investasi NFT, sebaiknya itu dilakukan di aset kripto. Karena itu, Oscar menilai NFT lebih cocok untuk kolektor yang ingin membeli sesuatu yang unik dan memang berniat ingin mengoleksi bukan investasi.
Oscar pun menganjurkan agar mempelajari terlebih dahulu mengenai penggunaan mata uang kripto sebelum melakukan jual beli NFT. Ia menyarankan untuk menggunakan ‘uang dingin’ dalam bertransaksi jual beli NFT yang masih bagian dari aset kripto.
Selain itu, agar menggunakan kata sandi yang aman dan sulit ditebak. Serta tidak mudah percaya akan mendapat keuntungan yang sangat besar dan berkali lipat. Jangan mengklik link yang tidak jelas asal-usulnya, karena bisa saja link tersebut berbahaya atau mengandung scam.
“Untuk berkarya di NFT para kreator harus paham betul teknologi dan ekosistem NFT itu apa, terlebih perihal copyright (hak cipta) karya. Sementara untuk para pembeli harus memahami bahwa resiko NFT yaitu terkait masalah likuiditas, karena jika seseorang membeli NFT belum tentu dia bisa menjualnya kembali dengan mudah,” ujar Oscar.
Baca juga : Apa itu NFT Metaverse? Booming Tahun 2022