Nasib Batik Nasional, Bertahan dan Berkembang Usai Pandemi
kontenstore – Industri batik nasional menghadapi tantangan besar. Batik, sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia, mengalami dampak signifikan pada produksi dan penjualan. Perajin batik, yang merupakan tulang punggung industri ini, terancam keberlangsungan usahanya akibat berkurangnya permintaan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan produksi.
Berawal ketika masa pandemi COVID-19. Tantangan yang dihadapi oleh perajin batik, dan upaya yang dilakukan untuk mendukung keberlangsungan industri batik nasional sangatlah berat.
Ketika itu, pandemi telah menghancurkan pasar fashion secara global, termasuk industri batik nasional. Pembatasan sosial, penutupan toko, dan pembatalan acara budaya telah menghambat penjualan batik. Banyak perajin batik mengalami penurunan pesanan dari dalam dan luar negeri.
Tak hanya itu, sulitnya memperoleh bahan baku dan alat produksi juga menjadi kendala serius. Pembatasan perjalanan dan kelangkaan pasokan bahan baku akibat pandemi menghambat proses produksi batik. Para perajin batik terpaksa menghadapi kesulitan dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Tantangan Perajin Batik
Selain penurunan pesanan dan penjualan karena banyak toko dan pameran batik tutup atau mengalami penurunan pengunjung, perajin batik juga menghadapi kesulitan finansial. Biaya produksi yang tinggi dan keterbatasan akses ke modal usaha membuat banyak perajin batik sulit untuk bertahan.
Untuk mengatasi situasi ini, beberapa perajin batik mencoba mencari sumber pendapatan alternatif atau mengandalkan bantuan dari pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Meskipun menghadapi banyak tantangan, ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mendukung keberlanjutan industri batik nasional. Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat berkolaborasi untuk memberikan bantuan finansial dan pelatihan kepada perajin batik.
Program-program tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan perajin batik, memperluas jaringan pemasaran, dan meningkatkan daya saing produk batik Indonesia di pasar global meskipun masih terdampak pandemi.
Upaya promosi dan pemasaran online juga menjadi fokus dalam mendukung industri batik nasional. Melalui platform digital, perajin batik dapat memperluas jangkauan pasar dan memperkenalkan produk mereka kepada konsumen domestik maupun internasional. Beberapa marketplace online khusus batik juga telah dibentuk untuk memfasilitasi penjualan produk batik.
Masih Ada Asa Untuk Batik Nasional
Meskipun pandemi telah memberikan dampak negatif pada industri batik nasional, kini peluang yang muncul seiring dihapusnya pandemi. Tak sedikit yang memanfaatkan kesempatan melalui keahlian atau bahkan menjajal peruntungan untuk mencoba segala lini strategi pemasaran.
Kebijakan work from home dan kegiatan belajar dari rumah telah meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan pakaian yang nyaman dan bermotif menarik seperti batik. Perajin batik dapat memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan produk batik yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Peningkatan kesadaran akan pentingnya mendukung produk lokal dan berkelanjutan juga dapat menjadi peluang bagi industri batik nasional. Konsumen yang semakin peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan dapat menjadi pasar potensial untuk produk batik yang dibuat secara tradisional dan berkelanjutan.
Industri batik memiliki peranan yang amat penting bagi perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2022, nilai ekspor batik dan produk batik menembus angka US$ 64,56 juta atau meningkat 30,1% dibanding capaian tahun 2021.
Sementara itu, pada periode Januari-April 2023, nilai ekspor batik dan produk batik telah mencapai US$ 26,7 juta dan ditargetkan dapat menyentuh hingga US$ 100 juta sampai akhir 2023.
Ketika menghadiri pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2023, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, industri batik merupakan sektor padat karya yang telah menyerap tenaga kerja hingga jutaan orang.
“Artinya, sektor industri batik ini telah memberikan kehidupan dan penghasilan bagi jutaan rakyat Indonesia,” ujar dia dalam siaran pers di situs Kemenperin mengutip kontan (03/08/2023).
Bangkitkan Batik Nasional Usai Pandemi
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) punya konsekuensi dalam memajukan dan menjaga keberlangsungan industri batik di tanah air.
Salah satunya adalah melakukan kerjasama dengan Yayasan Batik Indonesia, Ditjen Kekayaan Intelektual, serta Dinas Perindustrian Daerah untuk mendorong kelompok pelaku IKM termasuk IKM batik guna mendapatkan perlindungan indikasi geografis (IG) produk yang dimiliki di setiap daerah.
Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita menjelaskan, pendaftaran sertifikasi IG bagi produk IKM dapat memberikan banyak manfaat, di antaranya melindungi produsen dan konsumen dari pemalsuan produk, peningkatan posisi tawar produk dalam melakukan penetrasi pasar, peningkatan nilai tambah produk dari suatu wilayah, serta memberikan informasi yang jelas kepada konsumen tentang kualitas dan asal produk yang dibeli.
“Kami telah memfasilitasi perlindungan indikasi geografis beberapa komoditas wastra dan kerajinan seperti Tenun Gringsing Bali, Tenun Doyo Benuaq Tanjung Isuy Jempang, Batik Tulis Nitik Yogyakarta, Batik Tulis Complongan Indramayu, dan Batu Giok Aceh,” sebut Reni di Jakarta.
Setelah menghadapi tantangan besar akibat pandemi, enurunan pesanan, kesulitan dalam memperoleh bahan baku, dan kendala finansial menjadi masalah yang harus dihadapi oleh perajin batik. Kini, melalui upaya kolaboratif dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perajin batik sendiri, industri batik nasional dapat bertahan dan berkembang.