TIPS

Resolusi Tahun Baru antara Angan dan Semangat

Fenomena membuat resolusi tahun baru konon bertujuan supaya bisa lebih bersemangat menghadapi tahun baru.

Setiap orang punya impian, harapan, dan rencana yang ingin diwujudkan di tahun yang baru. Bentuknya bisa kenaikan jabatan di tempat kerja, berat badan yang ideal, memiliki pasangan, hingga punya rumah dan kendaraan idaman.

Tahun baru 2022 sudah didepan mata. Sebagian orang pun telah menyusun apa yang akan menjadi resolusi tahun baru.

Apa yang direncanakan sebagian orang walaupun pada kenyataannya hanya sebatas wacana, tapi tetap tidak pernah meninggalkan kebiasaan membuat resolusi tersebut.

Dalam penelitian University of Scranton, Amerika Serikat, menunjukkan hanya 19 persen orang yang bisa memenuhi resolusi tahun baru yang mereka buat sendiri.

Menurut Timothy Phicyl, dilansir dari Popular Science, mengatakan bahwa sebagian besar resolusi gagal karena biasanya orang tersebut hanya fokus pada tujuan yang belum bisa diraih selama satu tahun terakhir.

Associate Professor bidang psikologi Universitas Carleton, Ottawa, Kanada tersebut menambahkan bahwa orang-orang hanya sekedar membuatnya, akan tetapi tidak benar-benar melakukan tindakan untuk mencapainya.

“Mereka membuat resolusi saat ini, namun mereka tidak melakukan apa-apa. Dan orang-orang menyukai hal tersebut,” ujar Phycyl.

Resolusi tahun baru antara angan dan semangat
6 langkah membuat resolusi. Foto : CNN Indonesia.

Psikologi Universitas Indonesia, Dian Wishnuwardani menjelaskan, masalah yang kerap terjadi ketika menetapkan resolusi tahun baru adalah memilih target yang tidak realistis. Padahal menurut Dian, sangat penting untuk mengukur kemampuan diri.

“Kemampuan yang kita miliki apa?. Kita tahu dulu, jadi kita memetakan kemampuan diri. Kemampuan diri itu kan ada keterampilan, keuangan, harapan, dan motivasi. Tapi harus diingat juga ada faktor lingkungan sosial dan eksternal yang bisa mempengaruhi,” ujar Dian kepada Liputan 6.com, Senin (27/12).

Ia menjelaskan, harapan di tahun depan untuk menjadi lebih baik membuat seseorang termotivasi. Motivasi pula yang bisa membuat perubahan dalam diri, dimana hal itu merupakan yang utama ketika menetapkan resolusi. Tapi dia mengingatkan agar tidak memasang target yang terlalu tinggi dan tidak realistis.

“Memang ada orang-orang yang high achiever, yang harus berprestasi sangat tinggi. Tapi jangan sampai lupa, kita lihat dulu, yang kita punya setinggi itu enggak?. Contoh, target lulus S2 setahun, padahal normalnya dua tahun, paling cepat saja 1,5 tahun,” ujar Dian.

Apabila hal-hal seperti itu tidak dipahami, malah bisa menimbulkan stres bagi yang membuat resolusi tahun baru. Ketika resolusi gagal terpenuhi, maka proses penerimaannya kerap tidak mudah dan panjang. Biasanya, Dian meminta klien nya untuk membuat jurnal yang dibagi dua tabel, yakni kegagalan dan kesuksesan.

Menulis daftar kesuksesan lebih banyak daripada kegagalan bisa menutupi kegagalan, sekaligus menuangkan pikiran dan emosi. Kegagalan dalam memenuhi resolusi bisa dijadikan pelajaran bahwa segala hal yang ada di dunia, tidak mungkin didapat dalam waktu singkat.

“Ternyata banyak proses yang harus dipelajari. Itu harus dilakukan dengan penerimaan diri bahwa pernah gagal,” kata Dian.

Maharsi Anindyajati, Head of Center for Human Capital menjelaskan ada beberapa penyebab kenapa kita sering gagal dalam mencapai resolusi. Salah satunya adalah Illusory Superiority.

Illusory Superiority adalah sebuah bias kognitif yang ditunjukkan dengan melebih-lebihkan kemampuan diri dibanding orang lain. Jadi kita sering berfikir bahwa kita akan berhasil melakukan resolusi tahun baru ini, meskipun gagal mewujudkannya pada tahun sebelumnya. Akibatnya, kita luput melakukan evaluasi.

Selain itu, kita cenderung melihat penyebab kegagalan karena faktor eksternal. Misalnya, gagal menurunkan berat badan karena harus menghadiri jamuan makan dari klien. Karena itu sangat penting dalam membuat resolusi, kita melakukan evaluasi penyebab kegagalan tanpa menyalahkan faktor eksternal.

resolusi tahun baru antara news.com
Buatlah resolusi dengan SMART. Foto: antaranews.com

“Jadi awalnya itu kita merasa lebih mampu dibandingkan orang lain. Kemudian kita tidak terlalu bisa mengevaluasi penyebab kegagalan. Dan sekalipun evaluasi, biasanya kita melemparkan kesalahan ke pihak eksternal. Pada akhirnya selalu saja dicari-cari alasan kenapa gagal,” ujar Maharsi.

Penyebab kegagalan lainnya, kata Maharsi, adalah terlalu banyak keinginan yang kita buat. Saat membuat resolusi tahun baru, kita memiliki tekad kuat untuk dapat mewujudkannya. Area di otak kita yang banyak bertanggung jawab mengenai tekad adalah Pre Frontal Cortex (PFC) yang terletak persis dibelakang dahi.

Bagian ini berfungsi untuk menjaga kita agar tetap fokus, mengelola ingatan jangka pendek, dan melakukan pemecahan masalah yang kompleks. Dengan tugasnya yang berat tersebut, tidak mengherankan jika PFC dapat luput menjaga kita untuk tetap melakukan upaya mewujudkan resolusi.

Oleh karena itu, disarankan untuk memilih resolusi paling penting dari sekian banyak keinginan. Hal ini akan semakin memudahkan kerja PFC. Resolusi haruslah disusun secara SMART (Specific, Measureable, Achievable, Realistic, dan Timely).

Baca juga : Metaverse Crypto, 5 Paling Populer

 

 

 

 

 

Back to top button