NEWS

Saling Untung Impor Minyak Rusia dan Indonesia

Impor minyak Rusia harus menjadi pilihan sebagai jalan keluar mengatasi kenaikan harga minyak dunia, yang kini dirasakan masyarakat Indonesia dengan kenaikan Pertamax.

Tak dapat di pungkiri harga komoditas energi saat ini terdongkrak naik imbas dari perang Rusia dan Ukraina. Hal tersebut disebabkan sanksi Amerika Serikat beserta sekutunya di Eropa dan sebagian kecil Asia.

Dilansir dari berbagai sumber, sistem keuangan dan Perbankan Rusia yang disanksi menyebabkan beberapa transaksi perdagangan global mengalami gangguan. Akibatnya harga minyak bumi dan gas alam kini telah meningkat. Apalagi dengan Eropa yang sebagian besar impor minyak Rusia dan gas alam.

Tingginya harga minyak dan gas alam di Eropa di prediksi banyak pengamat ekonomi bisa menghantam perekonomian Eropa menjadi resesi terutama Jerman sebagai ekonomi terbesar di benua biru. Tapi kenyataannya perdagangan global yang terganggu juga mencapai Indonesia.

Salah satunya adalah kenaikan harga minyak dunia. Indonesia sebagai salah satu negera pengimpor minyak pun mengalami tekanan, sehingga pada akhirnya pemerintah menaikan harga BBM Pertamax menjadi Rp. 12.500 dari harga awal sekitar Rp. 9 ribu.

Baca juga :
Minyak Goreng Banjir di Pasar, Sim Salabim Abrakadabra
4 Balasan dari Sanksi Ekonomi Rusia Bikin Sekutu Teriak

impor minyak rusia

Perkembangan perang Rusia dan Ukraina pun semakin panas bukan saja adu senjata, tetapi secara ekonomi telah terjadi perang dagang antara AS dan Eropa melawan Rusia. Beberapa sanksi tambahan pun diterapkan oleh Amerika Serikat terkait dengan sektor energi, dimana AS melarang impor minyak Rusia.

Bahkan Amerika pun menekan negara-negara Eropa untuk melakukan hal yang sama, tetapi untuk itu Uni Eropa terbelah menjadi dua, ada yang menolak dan ada yang menyetujui untuk mengembargo minyak Rusia.

Namun belum juga Uni Eropa memutuskan akan melarang impor minyak Rusia yang menguasai hampir separuh kebutuhan Eropa, serangan balik dilakukan oleh negeri Beruang Merah. Salah satu, langkah yang diambil adalah untuk negara tidak bersahabat maka diterapkan pembayaran gas dan minyak menggunakan mata uang Rubel.

Hal ini mendapat respon keras dari negara-negara Eropa yang bergantung kepada minyak dan gas Rusia tetapi ikut memberikan sanksi. Akibat kebijakan tersebut, maka nilai Rubel pun berhasil terkoreksi meningkat dari awalnya anjlok ketika menghadapi sanksi.

Pertaruhan Vladimir Putin  untuk memaksa musuh-musuh Eropanya untuk impor minyak Rusia dengan mata uang Rubel tentu dapat mengakibatkan pendapatan dari minyak dan gas turun. Kenyataannya energy tetaplah energy yang dibutuhkan setiap negara.

Saat ancaman kehilangan pendapatan migasnya akibat perang Rusia dan Ukraina, maka beberapa tanggapan negara lain malah memanfaatkan momentum tersebut untuk mendapatkan impor minyak Rusia.

China dan India pun menggantikan slot penjualan migas. Bahkan Rusia memberikan diskon penjualan minyak hingga 20 persen dari harga internasional yang tengah melambung. India sebagai sekutu Rusia pun langsung menyambut impor minyak Rusia tersebut.

impor minyak rusia

Impor Minyak  Rusia Bagi Indonesia

Melihat keuntungan yang diperoleh oleh China dan India, maka pemerintah pun berencana mengikuti jejak dua negara raksasa Asia tersebut untuk mengimpor minyak Rusia dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.

Langkah konsolidasi pemerintah melalui BUMN Pertamina dengan Kementerian Luar Negeri serta Bank Indonesia terus dilakukan. Hal ini tentu menjadi sebuah kesempatan Indonesia sebagai solusi kenaikan harga BBM di Indonesia.

Pertamina pun merencanakan impor minyak Rusia tersebut untuk di tempatkan pada kilang minyak Balongan.  Dengan pengiriman minimal 100 ribu barel per hari maka Indonesia bisa keluar dari krisis harga minyak yang melonjak.

Tentunya hal ini akan saling menguntungkan antara Indonesia dan Rusia. Indonesia yang membutuhkan minyak Rusia yang murah, dan Rusia membutuhkan Indonesia sebagai pembeli dimana stok minyak Rusia yang berlimpah.

Meski demikian, langkah saling menguntungkan terkait impor minyak Rusia banyak di sayangkan oleh sebagian pengamat di Indonesia. Beberapa diantaranya terkait dengan tanggapan bangsa lain terhadap Indonesia, karena membeli minyak dari pertumpahan darah antara Rusia dan Ukraina.

Namun ketika kita mencermati konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina senjatinya tidak terpengaruh bagi perdagangan di luar Eropa. Seperti perdagangan Rusia dengan negera-negara Afrika, sebagian besar Asia, bahkan Amerika Latin masih terus berjalan dengan baik.

Jadi dapat dipastikan hubungan impor minyak Rusia tidak terkait dengan politik. Apalagi secara luas Indonesia merupakan sebuah negara yang menerapkan politik luar negeri bebas dan aktif. Bahkan menjadi lokomotif negara-negara non blok.

impor minyak rusia

Posisi Indonesia terhadap perang Rusia dan Ukraina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hanya mengecam adanya pertumpahan darah, tetapi tidak ikut memberikan sanksi kepada Rusia. Sehingga tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa membeli minyak Rusia yang lebih murah.

Tak hanya itu, sebagai garis bawah dari penerapan sanksi Amerika Serikat dan Sekutu Eropa dan Asia merupakan sebuah sanksi sepihak, dimana sanksi tersebut tidak diputuskan melalui ketetapan Dewan Keamanan PBB.

Sehingga sanksi yang diberikan kepada Rusia tidak bisa diterapkan oleh seluruh negara di dunia. Artinya tidak ada sanksi impor minyak Rusia. Namun pertanyaannya apakah Indonesia akan tetap melakukan pembelian minyak Rusia jika ada tekanan Amerika Serikat.

Hal ini pun telah dilakukan Amerika Serikat kepada negara-negara di dunia yang membeli produk pertahanan dan keamanan dari Rusia, yaitu CAATSA. Sehingga di akui atau tidak CAATSA menjadi faktor utama Indonesia gagal membeli pesawat tempur Sukhoi 35.

Lantas Pertanyaannya, apakah Indonesia tetapi berani impor minyak Rusia jika mendapat tekanan seperti CAATSA?

Seharusnya hal ini dapat dijawab tegas oleh pemerintah Indonesia, bahwa kebutuhan energi berbeda dengan alutsista. Alutsista bisa mendapatkan dari negara mana pun selain Rusia dan bukan produk yang sangat penting.

Tetapi jika terkait dengan energi seperti minyak bumi, maka bangsa Indonesia seharus mampu menjawab tegas, bahwa pemerintah mengutamakan kesejahteraan rakyatnya daripada tekanan negara asing.

Lebih baik mengimpor minyak Rusia dengan harga murah untuk menekan kenaikan BBM didalam negeri, dari pada membeli minyak dengan harga internasioal tetapi membuat rakyat menjerit karena harga BBM meningkat.

Hal ini harus dilakukan agar harga BBM subsidi seperti Pertalite juga tidak ikut naik, yang ujung akan menyengsarakan rakyatnya. Kali ini pemerintah seperti tak berdaya dengan produk minyak, dari minyak goreng, minyak solar, hingga bahan bakar minyak.

Baca juga:
5 Investasi Jangka Pendek Di Bulan Ramadhan
Serius Mau Main Saham Online? Ikuti 6 Triknya Di Sini
Langsung Cuan, Inilah 5 Reksadana Pasar Uang Terbaik

gus miko

simpel and woles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button